Fokus Infovet
PARASIT LALAT
Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Secara morfologi lalat dibedakan dari nyamuk (subordo Nematocera) berdasarkan ukuran antenanya; lalat berantena pendek, sedangkan nyamuk berantena panjang.
Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Lalat sering hidup di antara manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut.
Lalat sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Beberapa jenis lalat lain, misalnya Ormia ochracea, memiliki organ pendengaran yang sangat canggih.
Kehadiran lalat di areal peternakan juga perlu diwaspadai. Demikian diungkapkan Zuhri Muhammad SPt Technical Serice PT Medion Cabang Pekanbaru Riau. Menurutnya, lalat tetap menjadi biang kerok dalam penularan berbagai penyakit pada ayam peliharaan. Untuk itu, alumni Fakultas Peternakan Jenderal Soedirman ini menganjurkan perlunya pengontrolan ketat pada lalat di sekitar lokasi kandang.
Menurut Zuhri Muhammad, kontrol lalat pada suatu farm merupakan hal mendasar dalam sistem manajemen pengendalian penyakit. Lalat dapat menimbulkan pelbagai masalah seperti mediator perpindahan penyakit dari ayam sakit ke ayam sehat, mengganggu pekerja kandang, menurunkan produksi, menurunkan kualitas telur pada layer dan mencairkan feses atau kotoran ayam yang berakibat meningkatnya kadar amoniak dalam kandang.
Lalat merupakan insekta yang unik bila dibanding dengan jenis insekta lain. Yang membedakannya adalah cara makan lalat yang meludahi makanannya terlebih dahulu sampai makanan tersebut cair. Setelah cair, makanan disedot masuk ke dalam perut. Hal ini disinyalir dapat memudahkan bakteri dan virus turut masuk ke dalam saluran pencernaannya dan berkembangbiak di dalamnya.
Penyakit yang disebabkan lalat dan larvanya seperti:
(1) lalat menjadi vektor penyakit gastrointestinal pada mamalia.
(2) NDV telah diisolasi pada lalat dewasa lalat rumah kecil (Fannia canicularis) dan larva lalat rumah (Musca domestica).
(3) larva dan lalat dewasa (M. Domestica) sering termakan ayam, kemudian menjadi “Hospes Intermediet” cacing pita pada ayam dan kalkun
(4) lalat rumah (M. domestica) yang memakan darah ayam yang tercemar kolera unggas dapat menyebarkan penyakit tersebut ke ayam lain.
Suksesnya program kontrol dilakukan dengan suatu metode pendekatan terintegrasi yakni ada 4 strategi manajemen dasar yakni:
(1) Memelihara kotoran agar tetap kering.
(2) Metode biologi, seperti menggunakan pemangsa yang menguntungkan (merangsang pertumbuhan musuh alami lalat yang biasanya banyak ditemui di kotoran dan musuh lalat ini dapat tumbuh baik jika kotoran kering). Kotoran kering akan membantu mendukung berkembangnya pemangsa dan benalu dari perkembangbiakan lalat.
Populasi predator dan parasit terutama terdiri dari kumbang, kutu dan lebah. Pertumbuhan musuh lalat ini umumnya lebih lambat dibanding lalat itu sendiri. Populasi yang cukup tinggi pada hakekatnya bermanfaat bagi pengendalian lalat dan dapat dikendalikan hanya dengan jalan tidak mengganggu kotoran dalam jangka waktu yang lama.
(3) Metode mekanik yakni dengan biosekuriti yang meliputi manajemen kebersihan (pembersihan dan desinfeksi kandang, terutama setelah panen) dan manajemen sampah (pembuangan litter, kotoran dan bangkai ayam.
Kemudian pindahkan hewan yang mati dengan segera dan membuangnya dengan baik (dibakar atau lainnya) dan minimalkan akumulasi pakan yang tumpah.
Sedangkan untuk luar kandang, Zuhri Muhammad SPt menganjurkan untuk membersihkan rumput liar di sekitarnya, hal ini bertujuan untuk menghindari kerumunan lalat dewasa serta menciptakan pergerakkan udara di sekitar kandang agar lebih baik.
Lalu manajemen kandang perlu ditingkatkan, hal dimaksud adalah ventilasinya, pengendalian kelembaban litter dan kebocoran air. Lalat dapat berkembangbiak di kotoran dengan kelembaban 55-85%.
Oleh karena itu perlu menghindari agar kandang tidak lembab, seperti mencegah kebocoran, pastikan air tidak masuk ke dalam lubang serta mengatur aliran udara agar dapat memberikan efek kering pada permukaan kotoran.
(4) Kontrol kimia melalui aplikasi insektisida atau obat-obatan (spray, fogs dan lain-lain). Pada bagian ini, alumni Fakultas Peternakan Unsoed Purwokerto ini menganjurkan memilih Cyromazine yang secara nyata telah terbukti keampuhannya dalam membasmi lalat di farm-farm peternakan.
Adapun aplikasi pemakaiannya adalah mencampur Cyromazine dengan pakan, kemudian gunakan 4-6 minggu berturut-turut, setelah itu dihentikan selama 4-8 minggu, lalu dipakai kembali, ini bertujuan untuk memutus siklus hidup lalat.
Biasanya ini dipakai untuk farm layer karena periode pemeliharaannya cukup panjang, sedang untuk broiler Zuhri lebih menganjurkan untuk menjaga kebersihan kandang, hindari genangan air dan jangan biarkan adanya pakan yang tersisa.
Upaya Mengurangi Lalat
Upaya dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan kimia dan pestisida lainnya, memberikan dampak kimia negatif, yang berlanjut pada pertaruhan nilai kesehatan manusia akibat residu kimia yang ditinggalkan.
Dampak negatif yang serius terhadap lingkungan menyebabkan penurunan kualitas produksi akibat kerusakan unsur hara tanah yang diikat oleh residu kimia dalam tanah.
Mengantisipasi kedua dampak serius diatas dan merespon ancaman pasar global akan kebutuhan produk organic, banyak cara dilakukan termasuk dengan cairan minuman stimulan yang: diterapkan pada ayam buras yang di antaranya dianggap punya keunggulan menekan ongkos produksi 15 s/d 25% untuk pengadaan pakan, mampu melepaskan pemakaian vitamin serta konsentrat buatan/pabrik, meningkatkan produktifitas telor dan daging secara kuantitatif dan kualitatif, menetralisir limbah kotoran (bebas polusi), mengurangi jumlah lalat dan serangga ternak, mengurangi ketegangan/stress pada ternak dan menekan angka mortalitas.
(Darman Suska, Infovet/ Berbagai Sumber)
PARASIT LALAT
Lalat adalah jenis serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Secara morfologi lalat dibedakan dari nyamuk (subordo Nematocera) berdasarkan ukuran antenanya; lalat berantena pendek, sedangkan nyamuk berantena panjang.
Lalat umumnya mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil yang digunakan untuk menjaga stabilitas saat terbang. Lalat sering hidup di antara manusia dan sebagian jenis dapat menyebabkan penyakit yang serius. Lalat disebut penyebar penyakit yang sangat serius karena setiap lalat hinggap di suatu tempat, kurang lebih 125.000 kuman yang jatuh ke tempat tersebut.
Lalat sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup. Mata majemuk lalat terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Beberapa jenis lalat lain, misalnya Ormia ochracea, memiliki organ pendengaran yang sangat canggih.
Kehadiran lalat di areal peternakan juga perlu diwaspadai. Demikian diungkapkan Zuhri Muhammad SPt Technical Serice PT Medion Cabang Pekanbaru Riau. Menurutnya, lalat tetap menjadi biang kerok dalam penularan berbagai penyakit pada ayam peliharaan. Untuk itu, alumni Fakultas Peternakan Jenderal Soedirman ini menganjurkan perlunya pengontrolan ketat pada lalat di sekitar lokasi kandang.
Menurut Zuhri Muhammad, kontrol lalat pada suatu farm merupakan hal mendasar dalam sistem manajemen pengendalian penyakit. Lalat dapat menimbulkan pelbagai masalah seperti mediator perpindahan penyakit dari ayam sakit ke ayam sehat, mengganggu pekerja kandang, menurunkan produksi, menurunkan kualitas telur pada layer dan mencairkan feses atau kotoran ayam yang berakibat meningkatnya kadar amoniak dalam kandang.
Lalat merupakan insekta yang unik bila dibanding dengan jenis insekta lain. Yang membedakannya adalah cara makan lalat yang meludahi makanannya terlebih dahulu sampai makanan tersebut cair. Setelah cair, makanan disedot masuk ke dalam perut. Hal ini disinyalir dapat memudahkan bakteri dan virus turut masuk ke dalam saluran pencernaannya dan berkembangbiak di dalamnya.
Penyakit yang disebabkan lalat dan larvanya seperti:
(1) lalat menjadi vektor penyakit gastrointestinal pada mamalia.
(2) NDV telah diisolasi pada lalat dewasa lalat rumah kecil (Fannia canicularis) dan larva lalat rumah (Musca domestica).
(3) larva dan lalat dewasa (M. Domestica) sering termakan ayam, kemudian menjadi “Hospes Intermediet” cacing pita pada ayam dan kalkun
(4) lalat rumah (M. domestica) yang memakan darah ayam yang tercemar kolera unggas dapat menyebarkan penyakit tersebut ke ayam lain.
Suksesnya program kontrol dilakukan dengan suatu metode pendekatan terintegrasi yakni ada 4 strategi manajemen dasar yakni:
(1) Memelihara kotoran agar tetap kering.
(2) Metode biologi, seperti menggunakan pemangsa yang menguntungkan (merangsang pertumbuhan musuh alami lalat yang biasanya banyak ditemui di kotoran dan musuh lalat ini dapat tumbuh baik jika kotoran kering). Kotoran kering akan membantu mendukung berkembangnya pemangsa dan benalu dari perkembangbiakan lalat.
Populasi predator dan parasit terutama terdiri dari kumbang, kutu dan lebah. Pertumbuhan musuh lalat ini umumnya lebih lambat dibanding lalat itu sendiri. Populasi yang cukup tinggi pada hakekatnya bermanfaat bagi pengendalian lalat dan dapat dikendalikan hanya dengan jalan tidak mengganggu kotoran dalam jangka waktu yang lama.
(3) Metode mekanik yakni dengan biosekuriti yang meliputi manajemen kebersihan (pembersihan dan desinfeksi kandang, terutama setelah panen) dan manajemen sampah (pembuangan litter, kotoran dan bangkai ayam.
Kemudian pindahkan hewan yang mati dengan segera dan membuangnya dengan baik (dibakar atau lainnya) dan minimalkan akumulasi pakan yang tumpah.
Sedangkan untuk luar kandang, Zuhri Muhammad SPt menganjurkan untuk membersihkan rumput liar di sekitarnya, hal ini bertujuan untuk menghindari kerumunan lalat dewasa serta menciptakan pergerakkan udara di sekitar kandang agar lebih baik.
Lalu manajemen kandang perlu ditingkatkan, hal dimaksud adalah ventilasinya, pengendalian kelembaban litter dan kebocoran air. Lalat dapat berkembangbiak di kotoran dengan kelembaban 55-85%.
Oleh karena itu perlu menghindari agar kandang tidak lembab, seperti mencegah kebocoran, pastikan air tidak masuk ke dalam lubang serta mengatur aliran udara agar dapat memberikan efek kering pada permukaan kotoran.
(4) Kontrol kimia melalui aplikasi insektisida atau obat-obatan (spray, fogs dan lain-lain). Pada bagian ini, alumni Fakultas Peternakan Unsoed Purwokerto ini menganjurkan memilih Cyromazine yang secara nyata telah terbukti keampuhannya dalam membasmi lalat di farm-farm peternakan.
Adapun aplikasi pemakaiannya adalah mencampur Cyromazine dengan pakan, kemudian gunakan 4-6 minggu berturut-turut, setelah itu dihentikan selama 4-8 minggu, lalu dipakai kembali, ini bertujuan untuk memutus siklus hidup lalat.
Biasanya ini dipakai untuk farm layer karena periode pemeliharaannya cukup panjang, sedang untuk broiler Zuhri lebih menganjurkan untuk menjaga kebersihan kandang, hindari genangan air dan jangan biarkan adanya pakan yang tersisa.
Upaya Mengurangi Lalat
Upaya dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan kimia dan pestisida lainnya, memberikan dampak kimia negatif, yang berlanjut pada pertaruhan nilai kesehatan manusia akibat residu kimia yang ditinggalkan.
Dampak negatif yang serius terhadap lingkungan menyebabkan penurunan kualitas produksi akibat kerusakan unsur hara tanah yang diikat oleh residu kimia dalam tanah.
Mengantisipasi kedua dampak serius diatas dan merespon ancaman pasar global akan kebutuhan produk organic, banyak cara dilakukan termasuk dengan cairan minuman stimulan yang: diterapkan pada ayam buras yang di antaranya dianggap punya keunggulan menekan ongkos produksi 15 s/d 25% untuk pengadaan pakan, mampu melepaskan pemakaian vitamin serta konsentrat buatan/pabrik, meningkatkan produktifitas telor dan daging secara kuantitatif dan kualitatif, menetralisir limbah kotoran (bebas polusi), mengurangi jumlah lalat dan serangga ternak, mengurangi ketegangan/stress pada ternak dan menekan angka mortalitas.
(Darman Suska, Infovet/ Berbagai Sumber)