Infovet
ADAKAH PERAN KUCING DAN BABI PADA PENYEBARAN AI?
(( Tidak semudah kata orang soal peran kucing, babi dan lalat dalam penyebaran AI. Tetaplah tenang, hati-hati, jaga diri dengan biosecurity dan teruslah belajar. ))
Pemberitaan media massa soal peran kucing, babi dan lalat dalam penyebaran AI/Flu Burung ke manusia, dianggap banyak kalangan dapat membingungkan masyarakat. Sebenarnya hal ini bagaimana? Kepala Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor, Dr Drh Darminto menjelaskan, berdasar penelitian di Thailand.
Kucing
Umumnya, katanya, kucing resisten terhadap infeksi oleh virus influenza A. Tapi, peka terhadap infeksi virus influenza H5N1. Kucing yang diinfeksi secara buatan dengan diberi pakan karkas ayam terinfeksi virus AI H5N1 memperlihatkan gejala sakit: suhu badan tinggi, gejala pernafasan parah dan berakhir dengan kematian.
Kemudian, virus AI H5N1 dari kucing sakit dapat menular ke kucing lain yang sehat dan juga kepada macan (harimau). Di Indonesia banyak dideteksi/diisolasi virus AI dari kucing.
Namun demikian, menurut Darminto, hal ini masih perlu dipelajari lebih lanjut tentang peran kucing dalam epidemiologi AI (H5N1).
Babi
Menurut penelitian di Thailand, lanjut Dr Darminto, babi bisa diinfeksi secara buatan dengan virus AI (H5N1). Hasilnya tidak ada gejala klinis, kecuali peningkatan suhu badan ringan.Virus AI H5N1 ini dapat diisolasi ulang dari swab nasal.
Adapun, virus AI H5N1 dari babi ini tidak menular ke babi lain, atau unggas yang sekandang. Dengan demikian babi ini tidak penting dalam epidemiologi (penyebaran) AI. Khususnya di Indonesia, karena sangat sedikit masyarakat yang memelihara babi. Meskipun demikian, di Indonesia, banyak dideteksi/diisolasi virus AI (H5N1) dari ternak babi di Tangerang, Jawa Tengah dan Bali.
Lalat
Menurut Darminto, virus yang dapat ditularkan oleh serangga dikelompokkan dalam Famili Arboviridae, genus Arbovirus. Contohnya adalah virus penyebab JE, EE, BEF, Blue Tongue, RVF, DHF dan lain-lain.
Virus tersebut mampu menginfeksi serangga dan berkembang biak pada serangga tanpa menimbulkan sakit. Adapun, serangga memiliki Reseptor terhadap virus-virus itu.
Virus AI masuk dalam golongan Orthomyxovirus, tidak disebarkan melalui serangga, termasuk lalat. “Lalat tidak punya reseptor terhadap virus AI,” tegas Darminto.
Dengan demikian virus AI tidak dapat berkembang biak dalam tubuh lalat. Yang didengang-dengungkan orang lalat dapat menyebarkan AI, bukanlah virus tersebut tumbuh dalam hidup lalat alalu menular. Kemungkinan besar, menurut Darminto, hanya bersifat mekanis. Artinya hanya cemaran unggas yang mengandung virus AI yang dipindahkan oleh lalat.
Artinya pula, tidak semudah kata orang soal peran kucing, babi dan lalat dalam penyebaran AI. Jadi, tetap tenang, hati-hati serta jaga dirilah dengan biosecurity. Kita pun wajib terus belajar untuk pengetahuan yang lebih lanjut. (YR)
ADAKAH PERAN KUCING DAN BABI PADA PENYEBARAN AI?
(( Tidak semudah kata orang soal peran kucing, babi dan lalat dalam penyebaran AI. Tetaplah tenang, hati-hati, jaga diri dengan biosecurity dan teruslah belajar. ))
Pemberitaan media massa soal peran kucing, babi dan lalat dalam penyebaran AI/Flu Burung ke manusia, dianggap banyak kalangan dapat membingungkan masyarakat. Sebenarnya hal ini bagaimana? Kepala Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor, Dr Drh Darminto menjelaskan, berdasar penelitian di Thailand.
Kucing
Umumnya, katanya, kucing resisten terhadap infeksi oleh virus influenza A. Tapi, peka terhadap infeksi virus influenza H5N1. Kucing yang diinfeksi secara buatan dengan diberi pakan karkas ayam terinfeksi virus AI H5N1 memperlihatkan gejala sakit: suhu badan tinggi, gejala pernafasan parah dan berakhir dengan kematian.
Kemudian, virus AI H5N1 dari kucing sakit dapat menular ke kucing lain yang sehat dan juga kepada macan (harimau). Di Indonesia banyak dideteksi/diisolasi virus AI dari kucing.
Namun demikian, menurut Darminto, hal ini masih perlu dipelajari lebih lanjut tentang peran kucing dalam epidemiologi AI (H5N1).
Babi
Menurut penelitian di Thailand, lanjut Dr Darminto, babi bisa diinfeksi secara buatan dengan virus AI (H5N1). Hasilnya tidak ada gejala klinis, kecuali peningkatan suhu badan ringan.Virus AI H5N1 ini dapat diisolasi ulang dari swab nasal.
Adapun, virus AI H5N1 dari babi ini tidak menular ke babi lain, atau unggas yang sekandang. Dengan demikian babi ini tidak penting dalam epidemiologi (penyebaran) AI. Khususnya di Indonesia, karena sangat sedikit masyarakat yang memelihara babi. Meskipun demikian, di Indonesia, banyak dideteksi/diisolasi virus AI (H5N1) dari ternak babi di Tangerang, Jawa Tengah dan Bali.
Lalat
Menurut Darminto, virus yang dapat ditularkan oleh serangga dikelompokkan dalam Famili Arboviridae, genus Arbovirus. Contohnya adalah virus penyebab JE, EE, BEF, Blue Tongue, RVF, DHF dan lain-lain.
Virus tersebut mampu menginfeksi serangga dan berkembang biak pada serangga tanpa menimbulkan sakit. Adapun, serangga memiliki Reseptor terhadap virus-virus itu.
Virus AI masuk dalam golongan Orthomyxovirus, tidak disebarkan melalui serangga, termasuk lalat. “Lalat tidak punya reseptor terhadap virus AI,” tegas Darminto.
Dengan demikian virus AI tidak dapat berkembang biak dalam tubuh lalat. Yang didengang-dengungkan orang lalat dapat menyebarkan AI, bukanlah virus tersebut tumbuh dalam hidup lalat alalu menular. Kemungkinan besar, menurut Darminto, hanya bersifat mekanis. Artinya hanya cemaran unggas yang mengandung virus AI yang dipindahkan oleh lalat.
Artinya pula, tidak semudah kata orang soal peran kucing, babi dan lalat dalam penyebaran AI. Jadi, tetap tenang, hati-hati serta jaga dirilah dengan biosecurity. Kita pun wajib terus belajar untuk pengetahuan yang lebih lanjut. (YR)