Fokus Infovet Edisi 165 April 2008
KOLERA DIKENALI DARI GEJALANYA
(( Dengan demikian kita tidak akan bingung lagi bila mendapati pada ayam terdapat sumbatan lendir di saluran pernafasan, lendir menggantung seperti tali, pial bengkak, keunguan, kotoran encer berwarna hijau, perdarahan pada jantung, hati pucat dan berbintik kuning keabuan. ))
Seorang praktisi peternakan menceritakan pengalamannya terkait dengan serangan kolera di wilayah kerjanya, "Untuk mendiagnos penyakit kolera ini dibutuhkan kejelian tersendiri karena tanda-tandanya sering kali nampak seperti penyakit lain misalnya ND, CRD atau Fowl thypoid.”
Memang, beberapa penyakit lain dapat dikelirukan dengan penyakit kolera ini yaitu ND, fowl thypoid dan colibacillosis. Diagnosa Kolera biasanya dilakukan berdasarkan gejala klinis dengan adanya kematian yang mendadak dan pemeriksaan bedah bangkai dengan mengamati perubahan yang terjadi pada organ-organ tubuh.
Masa inkubasi penyakit Kolera sendiri berlangsung selama 3-9 hari. Seorang praktisi yang banyak mengamati kasus kolera pada ayam petelur di Blitar ini mengatakan, "Serangan kolera terjadi pada umur lebih dari 4 bulan. Kadang-kadang ayam mati tanpa gejala klinis yang jelas, biasanya pada malam hari."
Menurut referensi ilmiah, kejadian penyakit dapat dibedakan menjadi 3 bentuk.
Perakut
Pada bentuk perakut kasus Kolera, biasanya terjadi kematian mendadak tanpa didahului oleh gejala klinik. Pada bedah bangkai, kejadian perakut dijumpai berbagai bentuk perdarahan pada jantung, hati, paru-paru, jaringan lemak, rongga perut dan emmbrana mukosa saluran pencernaan termasuk usus, proventrikulus dan lambung/ampela.
Akut
Pada kejadian yang bersifat akut gejala klinik dapat diamati beberapa jam sebelum ayam mati. Ayam tampak lesu, mengantuk, bulu berdiri, demam, nafsu makan dan minum menurun. Tampak adanya cairan agak kental keluar dari mulut dan menggantung seperti seutas tali.
Diare yang terjadi pada awalnya encer, berwarna kekuningan dan berangsur menjadi kehijauan bercampur lendir dan berbau busuk. Adanya lendir dalam saluran pernafasan bagian atas mengakibatkan suara ngorok basah. Jengger dan pial membengkak berwarna ungu kebiruan (cyanosis).
Pada kejadian Kolera yang bersifat akut, cairan pada selaput pembungkus jantung dan ascites dapat ditemui. Hati bengkak dan pucat.
Pada sejumlah kasus yang disebabkan P multocida yang ganas dijumpai hati dengan jalur berwarna kuning pucat disertai bintik perdarahan dan bintik kelabu-kekuningan.
Dijumpai juga folikel telur yang sudah dewasa yang membubur dan memenuhi rongga perut. Pada folikel telur yang masih muda kadang-kadang berwarna merah akibat perdarahan.
Ayam yang mampu bertahan hidup menjadi kurus dan mengalami dehidrasi. Angka kematian sangat bervariasi, mencapai lebih dari 20%. Di samping timbulnya kematian, juga terjadi penurunan produksi telur.
Kronis
Penyakit dalam bentuk kronis ditemukan jika ayam dapat bertahan selama fase akut atau terinfeksi oleh bakteri dengan keganasan rendah. Perubahan yang terjadi pada organ tubuh tergantung proses penyakit yang timbul dan kerapkali merupakan peralihan bentuk akut dan kronis.
Gejala yang tampak pada periode kronis umumnya berkaitan dengan infeksi lokal seperti pembengkakan (abses) pada salah satu ataupun kedua pial, persendian kaki, persendian sayap ataupun telapak kaki.
Gangguan persendian kaki menyebabkan ayam sulit bergerak atau lumpuh. Kadang-kadang terlihat adanya cairan dari konjungtiva dan tortikolis. Ayam yang terserang kolera bentuk kronis dapat mengalami kematian, menjadi carrier atau sebaliknya menjadi sembuh.
Dengan demikian kita tidak akan bingung lagi bila mendapati pada ayam terdapat sumbatan lendir di saluran pernafasan, lendir menggantung seperti tali, pial bengkak, keunguan, kotoran encer berwarna hijau, perdarahan pada jantung, hati pucat, berbintik kuning keabuan.
Itulah beberapa tanda yang dapat mengarah pada diagnosa penyakit Kolera pada ayam. (YR/ berbagai sumber)