Infovet
MEMBEDAH PARA PEMACU PERTUMBUHAN
(( Antibiotika yang banyak digunakan pada hewan secara intensif untuk pengobatan, pencegahan penyakit dan pemacu pertumbuhan serta hormon pertumbuhan harus digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. ))
Antibiotika
Untuk membedah ihwal pemakaian antibiotika pada ternak dan dampaknya pada kesehatan manusia, Susan Maphilindawati Noor dan Masniari Poeloengan dari Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor mengungkapkan bawa tingginya tingkat resistensi antibiotika terhadap foodborne bakteri merupakan masalah yang sangat serius dalam bidang kesehatan di dunia.
Dituturkan para peneliti Balitvet itu, antibiotika banyak digunakan pada hewan secara intensif untuk pengobatan, pencegahan penyakit dan pemacu pertumbuhan. Pemakaian antibiotika pada hewan terbukti memacu timbulnya resistensi antibiotika terhadap foodborne bakteri, sebagai contoh Campylobacter dan Salmonella telah resisten terhadap antibiotika fluoroquinolon dan generasi ke tiga chepalosporin.
Menurut mereka, resistensi beberapa antibiotika terhadap foodborne bakteri mengakibatkan kegagalan dalam pengobatan infeksi gastrointestinal pada manusia. Foodborne bakteri yang resisten terhadap antibiotika dapat tansfer ke manusia melalui rantai makanan atau secara kontak langsung.
“Adanya implikasi hubungan antara resistensi antibiotika terhadap foodborne bakteri dengan terjadinya resistensi antibiotika pada manusia maka pemakaian antibiotika pada industri peternakan harus dikontrol,” tegas mereka.
Untuk itu mereka menganjurkan, kerjasama antara peternak, dokter hewan, dokter umum dan kesehatan masyarakat dibutuhkan untuk mengontrol resistensi foodborne bakteri.
Hormon Pemacu Pertumbuhan
Untuk membedah Hormon Pemacu Pertumbuhan dan Efeknya bagi Kesehatan, Maria Prihtamala Omega Dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB mengajak pembaca lebih mengenal tentang Hormone Growth Promotors (HGPs).
Diuraikan Maria, HGPs ialah semua substansi yang memiliki aksi estrogenik, androgenik dan gestagenik. Bertujuan untuk menghilangkan kebuntingan, meningkatkan kesuburan, sinkronisasi estrus, mempersiapkan donor atau reseptor dari embrio implant. Administrasi HGPs dilarang pada hewan domestik. HGPs pada produk daging terhadap kesehatan manusia karena HGPs bersifat carcinogen..
Dituturkan, sejak 1950 penggunaan secara luas hormone (hexoestroi) sebagai growth promotors di USA. Ditujukan untuk meningkatkan berat badan tanpa harus memberi pakan dalam jumlah banyak (overfeeding). Hormon tersebut amat baik digunakan pada ternak sapi, domba, unggas, namun kurang berpengaruh pada babi.
Maria mengungkap, sebagian besar ilmuwan berpendapat bahwa penggunaan HGPs terhadap kesehatan manusia berisiko rendah. Kadar HGPs dalam daging yang dikonsumsi manusia lebih rendah dari kadar hormon seks yang diproduksi oleh tubuh manusia itu sendiri. Dan tidak menimbulkan efek pada hewan yang diberi perlakuan. HGPs juga memberikan efek positif terhadap lingkungan karena mengurangi limbah peternakan dan ekskresi nitrogen .
Syaratnya HGPs digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dan lokasi penyuntikan HGPs (telinga) harus dibuang setelah pemotongan.
Hormon didefinisikan sebagai substansi atau zat biokimia (asam amino, peptide, steroid, asam lemak) yang diproduksi oleh kelenjar tak berduktus dan bersifat spesifik.Lalu dilepaskan dalam pembuluh darah dan di sirkulasikan oleh cariernya ke bagiah tubuh lain untuk menghasilkan efek inisiasi, koordinasi, dan regulator yang sifatnya spesifik.
The Society for Endocrinology yang terdiri 1.800 endokrinolog yang ada di Inggris, membahas tentang ilmu hormonal dan pengobatan. Mereka mengungkapkan bahwa HGPs ternyata mampu meningkatkan bobot badan ternak, memperbaiki Feed Conversion Ratio (FCR), meningkatkan kualitas karkas karena menurunkan kandungan lemak dalam daging, mengurangi limbah peternakan dan eskresi nitrogen.
HGPs yang bersifat estrogenik dan kombinasi estrogenik dengan androgenik dapat diberikan pada ternak jantan yang dikastrasi. Sedangkan HGPs androgenik diberikan pada ternak betina muda dan dewasa. HGPs tidak diberikan pada hewan breeder, veal, calves yang muda.
Kadar seks hormon yang diproduksi secara alami pada manusia lebih tinggi dari kadar HGPs yang terdapat dalam daging. Dan sebagian besar HGPs tersebut dapat dihancurkan oleh sistem pencernaan di lambung lalu didetoksifikasi di hati. Sedangkan residu zeranol, trenbolon asetat 451,1 melengestrol asetat berada dalam tingkatan aman.
Efek HGPs
Peneliti di Ohio State University’s Comprehensive Cancer Center sedang meneliti penggunaan obat secara luas pada industri daging untuk merangsang berat badan hewan sehingga mengakibatkan risiko kanker payudara pada konsumen, seperti zeranoi yang diimplant pada sapi dapat mengubah ekspresi gen pengatur estrogen pada sel kuitur normal dan sel kanker payudara. Bahkan efek ini tetap ada saat konsentrasi zeranoi lebih rendah dari yang ditentukan oleh FDA (batas zeranoi: 00125mg/kg BB tiap hari).
Pada tahun 2001, di Uni Eropa menderita kerugian sebesar EUR 160 miliar tiap tahunnya akibat larangan penggunaan HGPs sebagai pencegahan penyakit atau berkaitan dengan politik dagang.di Uni Eropa.
Residu hormon dari negara-negara di luar Uni Eropa, penghasil daging yang memakai HGPs berlisensi walaupun dengan penerapan Good Veterinary Practice, masih dapat terdeteksi residu hormonnya. Dan terjadi dosis berlebih dari ambang batas normal HGPs dalam hati dan ginjal sapi.
Efek dari penggunaan rekombinan bovine somatotropin pada kambing masa laktasi adalah peningkatan produksi susu, meningkatkan persentasi lemak dan laktosa. Kadar hormon steroid alami yang tinggi dan tidak dapat terhindar oleh konsumen adalah produk telur dan kol, kadarnya melebihi residu hormon dalam daging.
Pertemuan Dewan Perwakilan Uni Eropa di Islamabad, Pakistan, menetapkan larangan penggunaan antibiotic Growth-Promoter pada ternak dimulai 2006(1/1). Adanya pertemuan dengan Dewan Perwakilan Pertanian & Perikanan pada tanggal 16-19 Desember 2002 dalam menyelesaikan hormone-case, menghasilkan keputusan untuk mempertahankan larangan penggunaan HGPs pada hewan produktif.
Larangan
Dituturkan Maria dari FKH IPB itu, di Indonesia, penggunaan HGPs pada hewan tidak produktif dilarang sejak tahun 1983, lalu pada tahun 1996 penggunaan hormon diizinkan hanya untuk gangguan reproduksi dan tujuan terapi. Hormon diklasifikasikan sebagai obat beretika, karena penggunaannya secara legal (hanya dengan resep dokter atau dokter hewan).
Dewasa ini Indonesia menerapkan Precaution Principles yang lebih baik dibanding dengan Risk Management, tidak akan menggunakan HGPs sampai diketahui lebih jauh penelitian yang pasti tentang keamanannya terhadap manusia dan hewan. Melakukan penelitian tentang HGPs di dalam negeri.
Juga meneliti tentang kebiasaan makan orang-orang Indonesia, proposal yang mengizinkan penggunaan HGPs (berisi hormon alami: estrogen, progesterone, testosterone), memenuhi permintaan konsumen akan makanan segar dan aman, perhatian terhadap asal-usul produk, dan sistem pertanian yang bersahabat dengan lingkungan untuk mencapai target utama pembangunan pertanian di Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan para petani, produksi pangan, material mentah bagi industri, ekspor dan mendukung pertumbuhan agribisnis. (YR/berbagai sumber)
MEMBEDAH PARA PEMACU PERTUMBUHAN
(( Antibiotika yang banyak digunakan pada hewan secara intensif untuk pengobatan, pencegahan penyakit dan pemacu pertumbuhan serta hormon pertumbuhan harus digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. ))
Antibiotika
Untuk membedah ihwal pemakaian antibiotika pada ternak dan dampaknya pada kesehatan manusia, Susan Maphilindawati Noor dan Masniari Poeloengan dari Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor mengungkapkan bawa tingginya tingkat resistensi antibiotika terhadap foodborne bakteri merupakan masalah yang sangat serius dalam bidang kesehatan di dunia.
Dituturkan para peneliti Balitvet itu, antibiotika banyak digunakan pada hewan secara intensif untuk pengobatan, pencegahan penyakit dan pemacu pertumbuhan. Pemakaian antibiotika pada hewan terbukti memacu timbulnya resistensi antibiotika terhadap foodborne bakteri, sebagai contoh Campylobacter dan Salmonella telah resisten terhadap antibiotika fluoroquinolon dan generasi ke tiga chepalosporin.
Menurut mereka, resistensi beberapa antibiotika terhadap foodborne bakteri mengakibatkan kegagalan dalam pengobatan infeksi gastrointestinal pada manusia. Foodborne bakteri yang resisten terhadap antibiotika dapat tansfer ke manusia melalui rantai makanan atau secara kontak langsung.
“Adanya implikasi hubungan antara resistensi antibiotika terhadap foodborne bakteri dengan terjadinya resistensi antibiotika pada manusia maka pemakaian antibiotika pada industri peternakan harus dikontrol,” tegas mereka.
Untuk itu mereka menganjurkan, kerjasama antara peternak, dokter hewan, dokter umum dan kesehatan masyarakat dibutuhkan untuk mengontrol resistensi foodborne bakteri.
Hormon Pemacu Pertumbuhan
Untuk membedah Hormon Pemacu Pertumbuhan dan Efeknya bagi Kesehatan, Maria Prihtamala Omega Dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB mengajak pembaca lebih mengenal tentang Hormone Growth Promotors (HGPs).
Diuraikan Maria, HGPs ialah semua substansi yang memiliki aksi estrogenik, androgenik dan gestagenik. Bertujuan untuk menghilangkan kebuntingan, meningkatkan kesuburan, sinkronisasi estrus, mempersiapkan donor atau reseptor dari embrio implant. Administrasi HGPs dilarang pada hewan domestik. HGPs pada produk daging terhadap kesehatan manusia karena HGPs bersifat carcinogen..
Dituturkan, sejak 1950 penggunaan secara luas hormone (hexoestroi) sebagai growth promotors di USA. Ditujukan untuk meningkatkan berat badan tanpa harus memberi pakan dalam jumlah banyak (overfeeding). Hormon tersebut amat baik digunakan pada ternak sapi, domba, unggas, namun kurang berpengaruh pada babi.
Maria mengungkap, sebagian besar ilmuwan berpendapat bahwa penggunaan HGPs terhadap kesehatan manusia berisiko rendah. Kadar HGPs dalam daging yang dikonsumsi manusia lebih rendah dari kadar hormon seks yang diproduksi oleh tubuh manusia itu sendiri. Dan tidak menimbulkan efek pada hewan yang diberi perlakuan. HGPs juga memberikan efek positif terhadap lingkungan karena mengurangi limbah peternakan dan ekskresi nitrogen .
Syaratnya HGPs digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dan lokasi penyuntikan HGPs (telinga) harus dibuang setelah pemotongan.
Hormon didefinisikan sebagai substansi atau zat biokimia (asam amino, peptide, steroid, asam lemak) yang diproduksi oleh kelenjar tak berduktus dan bersifat spesifik.Lalu dilepaskan dalam pembuluh darah dan di sirkulasikan oleh cariernya ke bagiah tubuh lain untuk menghasilkan efek inisiasi, koordinasi, dan regulator yang sifatnya spesifik.
The Society for Endocrinology yang terdiri 1.800 endokrinolog yang ada di Inggris, membahas tentang ilmu hormonal dan pengobatan. Mereka mengungkapkan bahwa HGPs ternyata mampu meningkatkan bobot badan ternak, memperbaiki Feed Conversion Ratio (FCR), meningkatkan kualitas karkas karena menurunkan kandungan lemak dalam daging, mengurangi limbah peternakan dan eskresi nitrogen.
HGPs yang bersifat estrogenik dan kombinasi estrogenik dengan androgenik dapat diberikan pada ternak jantan yang dikastrasi. Sedangkan HGPs androgenik diberikan pada ternak betina muda dan dewasa. HGPs tidak diberikan pada hewan breeder, veal, calves yang muda.
Kadar seks hormon yang diproduksi secara alami pada manusia lebih tinggi dari kadar HGPs yang terdapat dalam daging. Dan sebagian besar HGPs tersebut dapat dihancurkan oleh sistem pencernaan di lambung lalu didetoksifikasi di hati. Sedangkan residu zeranol, trenbolon asetat 451,1 melengestrol asetat berada dalam tingkatan aman.
Efek HGPs
Peneliti di Ohio State University’s Comprehensive Cancer Center sedang meneliti penggunaan obat secara luas pada industri daging untuk merangsang berat badan hewan sehingga mengakibatkan risiko kanker payudara pada konsumen, seperti zeranoi yang diimplant pada sapi dapat mengubah ekspresi gen pengatur estrogen pada sel kuitur normal dan sel kanker payudara. Bahkan efek ini tetap ada saat konsentrasi zeranoi lebih rendah dari yang ditentukan oleh FDA (batas zeranoi: 00125mg/kg BB tiap hari).
Pada tahun 2001, di Uni Eropa menderita kerugian sebesar EUR 160 miliar tiap tahunnya akibat larangan penggunaan HGPs sebagai pencegahan penyakit atau berkaitan dengan politik dagang.di Uni Eropa.
Residu hormon dari negara-negara di luar Uni Eropa, penghasil daging yang memakai HGPs berlisensi walaupun dengan penerapan Good Veterinary Practice, masih dapat terdeteksi residu hormonnya. Dan terjadi dosis berlebih dari ambang batas normal HGPs dalam hati dan ginjal sapi.
Efek dari penggunaan rekombinan bovine somatotropin pada kambing masa laktasi adalah peningkatan produksi susu, meningkatkan persentasi lemak dan laktosa. Kadar hormon steroid alami yang tinggi dan tidak dapat terhindar oleh konsumen adalah produk telur dan kol, kadarnya melebihi residu hormon dalam daging.
Pertemuan Dewan Perwakilan Uni Eropa di Islamabad, Pakistan, menetapkan larangan penggunaan antibiotic Growth-Promoter pada ternak dimulai 2006(1/1). Adanya pertemuan dengan Dewan Perwakilan Pertanian & Perikanan pada tanggal 16-19 Desember 2002 dalam menyelesaikan hormone-case, menghasilkan keputusan untuk mempertahankan larangan penggunaan HGPs pada hewan produktif.
Larangan
Dituturkan Maria dari FKH IPB itu, di Indonesia, penggunaan HGPs pada hewan tidak produktif dilarang sejak tahun 1983, lalu pada tahun 1996 penggunaan hormon diizinkan hanya untuk gangguan reproduksi dan tujuan terapi. Hormon diklasifikasikan sebagai obat beretika, karena penggunaannya secara legal (hanya dengan resep dokter atau dokter hewan).
Dewasa ini Indonesia menerapkan Precaution Principles yang lebih baik dibanding dengan Risk Management, tidak akan menggunakan HGPs sampai diketahui lebih jauh penelitian yang pasti tentang keamanannya terhadap manusia dan hewan. Melakukan penelitian tentang HGPs di dalam negeri.
Juga meneliti tentang kebiasaan makan orang-orang Indonesia, proposal yang mengizinkan penggunaan HGPs (berisi hormon alami: estrogen, progesterone, testosterone), memenuhi permintaan konsumen akan makanan segar dan aman, perhatian terhadap asal-usul produk, dan sistem pertanian yang bersahabat dengan lingkungan untuk mencapai target utama pembangunan pertanian di Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan para petani, produksi pangan, material mentah bagi industri, ekspor dan mendukung pertumbuhan agribisnis. (YR/berbagai sumber)