Infovet
EDS dan Vaksin Lokal
(( Apakah antigen EDS' 76 inaktif buatan lokal untuk uji HI dapat digunakan dalam membedakan antara ayam yang mempunyai antibodi EDS' 76 atau tidak? ))
Penurunan produksi telur merupakan salah satu kendala yang sering dihadapi oleh peternak ayam pembibit maupun petelur. Di antara sekian banyak faktor yang dapat menyebabkan penurunan produksi telur adalah penyakit Egg Drop Syndrome'76 (EDS'76).
Sumber di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga Surabaya menyatakan uji hambatan hemaglutinasi (Hemagglutination Inhibition, HI) merupakan salah satu cara pemeriksaan serologis yang sering dilakukan, karena mudah dan praktis serta mempunyai nilai keakuratan yang tinggi.
Hanya saja, kata Drh Nanik Sianita Widjaja dalam penelitiannya, yang menjadi kendala, antigen EDS'76 untuk uji HI, tetapi baru dalam taraf membandingkan titer hemaglutinasi (HA) dan stabilitasnya setelah penyimpanan pada suhu 4 derajat C.
Menurutnya permasalahannya sekarang adalah apakah antigen EDS' 76 inaktif buatan lokal untuk uji HI dapat digunakan dalam membedakan antara ayam yang mempunyai antibodi EDS' 76 atau tidak?
Lalu, berapa antibodi dalam serum ayam yang divaksin EDS'76 inaktif atau diinfeksi virus EDS'76 masih dapat dideteksi dengan uji HI menggunakan antigen EDS'76 inaktif buatan lokal?
Kemudian, apakah ada perbedaan hasil antara antigen EDS'76 inaktif buatan lokal dan antigen EDS' 76 aktif bila digunakan untuk mengukur titer antibodi EDS'76 pada serum ayam dengan uji HI?
Dari hasil penelitiannya, Drh Nanik Sianita Widjaja menyatakan kesimpulan antigen EDS'76 inaktif dapat digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi EDS'76. Tetapi, tidak dapat digunakan untuk membedakan antara antibodi akibat vaksinasi atau terinfeksi virus EDS' 76.
Maka, kata Nanik Sianita, “Perlu dipikirkan kemungkinan membuat antigen EDS' 76 yang dapat membedakan antara antibodi akibat vaksinasi ataukah terinfeksi virus EDS' 76.”
Vaksin Lokal
Penelitian vaksin hewan termasuk vaksin EDS’76 untuk ayam ini di Indonesia memang telah banyak dilakukan oleh perguruan tinggi, lembaga penelitian departemen dan nondepartemen, serta produsenvaksin hewan baik milik pemerintah maupun swasta.
Adapun, lembaga penelitian pemerintah yang punya wewenang untuk menghasilkan vaksin adalah Balai Balai PenelitianVeteriner (Balitvet) sebagai lembaga penelitian penyakit hewan tertua di Indonesia.
Beberapa vaksin lokal ini mempunyai efektivitas yang lebih baik, antara lain vaksin IBD aktif intermediate isolat lokal.Vaksin ini dikembangkan dari isolat virus IBD lokal yang ganas yang mewabah di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Galur virus lokal ini mempunyai karakteristik molekuler yang berbeda dengan virus vaksin IBD yang diimpor, di mana vaksin impor tersebut tidak dapat melindungi wabah IBD di Indonesia
Vaksin IBD lokal dikembangkan oleh Dr Drh Lies Parede dari Bbalitvet berbagai uji coba dan dapat melindungiserangan wabah IBD di Indonesia. Dr Drh Darminto Kepala BaBalitvet juga telah mengembang-kan vaksin IB inaktif untuk ayam yangmempunyai keunggulan komparatifdibanding vaksin IB inaktif impor, karenaberasal dari isolat virus lokal yang berbedadengan virus vaksin.
Badan Tenaga Nuklir Nasional(BATAN) juga telah berhasil menelitivaksin ayam coccidia melalui proses radiasi. Beberapa perguruan tinggi sepertiInstitut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Airlangga mempunyai pengalaman dalam menelitidan memproduksi vaksin hewan dalamskala terbatas terutama vaksin ND.
Perguruan tinggi sebenarnyamempunyai potensi yang besar untukberperan sebagai produsen vaksin, tetapi dibatasi oleh masalah dana, sarana dan prasarana serta peraturan perundangan. Prof Dr Drh Masdoeki Partadiredja almarhum jauh hari mengemukakan bahwa status otonomi beberapa perguruan tinggi membuka peluang bagi perguruan tinggiuntuk mendirikan badan usaha yang bergerak dalam bidang produksi vaksin dan bahan biologis veteriner lainnya.
Sekarang telah terbukti, FKH-IPB berhasil membentuk perusahaan terbatas yang memproduksi vaksin avian influenza (AI). Dengan demikian, semakin kuat keberadaan para peneliti kita dalam menguji dan mengambangkan vaksin dalam negeri. Penelitian-penelitian semacam di awal tulisan ini menjadi sangat berarti. (FKHUnair/Bbalitvet/YR)
EDS dan Vaksin Lokal
(( Apakah antigen EDS' 76 inaktif buatan lokal untuk uji HI dapat digunakan dalam membedakan antara ayam yang mempunyai antibodi EDS' 76 atau tidak? ))
Penurunan produksi telur merupakan salah satu kendala yang sering dihadapi oleh peternak ayam pembibit maupun petelur. Di antara sekian banyak faktor yang dapat menyebabkan penurunan produksi telur adalah penyakit Egg Drop Syndrome'76 (EDS'76).
Sumber di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga Surabaya menyatakan uji hambatan hemaglutinasi (Hemagglutination Inhibition, HI) merupakan salah satu cara pemeriksaan serologis yang sering dilakukan, karena mudah dan praktis serta mempunyai nilai keakuratan yang tinggi.
Hanya saja, kata Drh Nanik Sianita Widjaja dalam penelitiannya, yang menjadi kendala, antigen EDS'76 untuk uji HI, tetapi baru dalam taraf membandingkan titer hemaglutinasi (HA) dan stabilitasnya setelah penyimpanan pada suhu 4 derajat C.
Menurutnya permasalahannya sekarang adalah apakah antigen EDS' 76 inaktif buatan lokal untuk uji HI dapat digunakan dalam membedakan antara ayam yang mempunyai antibodi EDS' 76 atau tidak?
Lalu, berapa antibodi dalam serum ayam yang divaksin EDS'76 inaktif atau diinfeksi virus EDS'76 masih dapat dideteksi dengan uji HI menggunakan antigen EDS'76 inaktif buatan lokal?
Kemudian, apakah ada perbedaan hasil antara antigen EDS'76 inaktif buatan lokal dan antigen EDS' 76 aktif bila digunakan untuk mengukur titer antibodi EDS'76 pada serum ayam dengan uji HI?
Dari hasil penelitiannya, Drh Nanik Sianita Widjaja menyatakan kesimpulan antigen EDS'76 inaktif dapat digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi EDS'76. Tetapi, tidak dapat digunakan untuk membedakan antara antibodi akibat vaksinasi atau terinfeksi virus EDS' 76.
Maka, kata Nanik Sianita, “Perlu dipikirkan kemungkinan membuat antigen EDS' 76 yang dapat membedakan antara antibodi akibat vaksinasi ataukah terinfeksi virus EDS' 76.”
Vaksin Lokal
Penelitian vaksin hewan termasuk vaksin EDS’76 untuk ayam ini di Indonesia memang telah banyak dilakukan oleh perguruan tinggi, lembaga penelitian departemen dan nondepartemen, serta produsenvaksin hewan baik milik pemerintah maupun swasta.
Adapun, lembaga penelitian pemerintah yang punya wewenang untuk menghasilkan vaksin adalah Balai Balai PenelitianVeteriner (Balitvet) sebagai lembaga penelitian penyakit hewan tertua di Indonesia.
Beberapa vaksin lokal ini mempunyai efektivitas yang lebih baik, antara lain vaksin IBD aktif intermediate isolat lokal.Vaksin ini dikembangkan dari isolat virus IBD lokal yang ganas yang mewabah di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Galur virus lokal ini mempunyai karakteristik molekuler yang berbeda dengan virus vaksin IBD yang diimpor, di mana vaksin impor tersebut tidak dapat melindungi wabah IBD di Indonesia
Vaksin IBD lokal dikembangkan oleh Dr Drh Lies Parede dari Bbalitvet berbagai uji coba dan dapat melindungiserangan wabah IBD di Indonesia. Dr Drh Darminto Kepala BaBalitvet juga telah mengembang-kan vaksin IB inaktif untuk ayam yangmempunyai keunggulan komparatifdibanding vaksin IB inaktif impor, karenaberasal dari isolat virus lokal yang berbedadengan virus vaksin.
Badan Tenaga Nuklir Nasional(BATAN) juga telah berhasil menelitivaksin ayam coccidia melalui proses radiasi. Beberapa perguruan tinggi sepertiInstitut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Airlangga mempunyai pengalaman dalam menelitidan memproduksi vaksin hewan dalamskala terbatas terutama vaksin ND.
Perguruan tinggi sebenarnyamempunyai potensi yang besar untukberperan sebagai produsen vaksin, tetapi dibatasi oleh masalah dana, sarana dan prasarana serta peraturan perundangan. Prof Dr Drh Masdoeki Partadiredja almarhum jauh hari mengemukakan bahwa status otonomi beberapa perguruan tinggi membuka peluang bagi perguruan tinggiuntuk mendirikan badan usaha yang bergerak dalam bidang produksi vaksin dan bahan biologis veteriner lainnya.
Sekarang telah terbukti, FKH-IPB berhasil membentuk perusahaan terbatas yang memproduksi vaksin avian influenza (AI). Dengan demikian, semakin kuat keberadaan para peneliti kita dalam menguji dan mengambangkan vaksin dalam negeri. Penelitian-penelitian semacam di awal tulisan ini menjadi sangat berarti. (FKHUnair/Bbalitvet/YR)