Majalah Infovet [Edisi 155 Juni] 2007
MEMILAH PENYAKIT PENCERNAAN PADA AYAM
Tentang penyakit pencernaan unggas, Drh Iwan Utama dari FKH Universitas Udayana Bali dalam suatu forum dokter hewan mengungkapkan, para akademisi dapat menjawab (memilah, red) seperti apa yang selama ini dihipotesiskan. Mengapa?
“Tak usah jauh-jauh,” kata Drh Iwan, “Kita lihat saja sistem peternakan yang telah ada dan jangan lupa juga mengenai sistem transportasi unggas ke tempat penjualan/ pemotongan. pernahkah ada yang mencoba mengamati, minimal mengandaikan jika diri kita diangkut seperti itu. bagaimana perasaan kita?”
“Apakah terpikirkan mengenai the 5 prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare)? Jangan menyalahkan dipeternakan saja, tetapi cara transportasi juga perlu diperhitungkan dampaknya terhadap stres dan peluang kemunculan penyakit,” jelas Drh Iwan..
Masalah gangguan pencernaan pada unggas ini, Dr Drh Soeripto MSV dari Bbalitvet Bogor mendapatkan pengalaman di lapangan ada beberapa macam sebab. Ada yang karena stres, perubahan cuaca panas ke dingin, sehingga ayam berubah kondisinya menjadi tidak baik dan pertahanan tubuhnya turun sehingga memunculkan penyakit.
Dalam hal ini, menurut Dr Soeripto, pemanasan pada ayam kecil saat minggu pertama pertumbuhan sangat memberi pengaruh terhadap kemampuan ayam untuk makan. Pergantian pakan yang tidak tepat dapat mengganggu saluran pencernaan yang akhirnya mengganggu pencernaan ayam itu.
Bila pemberian pakan bernutrisi seperti protein yang mengandung asam amino tidak sesuai harapan, dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat.
Begitupun bila uremic-nitrogen diberikan dalam konsentrasi berlebihan dapat menyebabkan deposit asam urat.
Sementara bila ayam tidak mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah yang menyebabkan defisiensi vitamin dapat bergejala klinis gangguan di mulut, usofagus dan tembolok crop, ketidakseimbangan konsentrasi urin di ginjal dengan penimbunan urecmic acid tadi, dan mungkin banyak lagi gangguan.
“Semua ini berhubungan dengan pencernaan,” tegas Dr Soeripto.
Pemeriksaan kesehatan terhadap ayam yang terserang penyakit defisiensi vitamin A dapat dibandingkan dengan ayam yang terserang Aspergillosis akibat gangguan jamur Aspergillus pada mulut. Ciri-ciri kedua penyakit ini mirip, pada mulit terdapat bentukan putih-putih. Orang bisa keliru pendapat tentang penyakitnya, sehingga perlu kepastian dengan pemeriksaan dengan usapan, dengan pemeriksaan media laboratorium.
Parasit internal yang menyebabkan masalah pencernaan adalah koksidia. Koksidia menyebabkan koksidiosis yang menyerang pada usus halus dan kadang menimbulkan perdarahan sehingga ayam mengalami berak darah.
Dalam kondisi ayam berak darah ini kalau kekebalan tubuhnya bagus, ayam tetap dapat mengalami pertumbuhan yang terlambat.
Pada pemeriksaan Koksidiosis dalam sekum pun sebenarnya dapat ditemukan atau kelihatan cacing askaris dengan akumulasi yang banyak. Tentu saja sangat menyebabkan gangguan pencernaan.
Perlu diingat bilamana pengobatan koksi tidak baik dapat menggertak timbulnya perdarahan pada radang usus yang dikenal sebagai hemoragik enteritis. Pada banyak kasus, serangan clostridium bersifat ganas bila ketahahan tubuh turun.
Penyakit infeksius seperti ND secara internal menyebabkan banyak perdarahan, dan ayam langsung mati.
Beberapa penyakit menyebabkan gangguan bersifat ekonomi, sedang penyakit seperti ND, Gumboro dan AI rata-rata bersifat fatal, menyebabkan perdarahan dan gangguan saluran pencernaan
Tentang Kolibasilosis, banyak orang beranggapan penyebabnya terkait dengan air saja, sedangkan pakan dan feses tidak berpengaruh. Padahal sesungguhnya kotoran ini merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri Koli penyebab kolibasilosis yang sesungguhnya sifatnya ada yang patogen dan tidak patogen. “Kalau dalam jumlah banyak dapat mengganggu keseimbangan mikro,” tutur Dr Soeripto.
Yang paling kasat mata adalah infeksi ND, Gumboro dan AI. Semua dapat merupakan kesalahan pengelola, yang dapat menyebabkan nilai ekonomisnya turun, akibat pertumbuhan terganggu dan konversi pakan tidak sampai.
Adapun pada musim penghujan yang mengakibatkan tanah, sekam/ litter ayam becek dengan kelembaban yang tinggi, sangat dibutuhkan manajemen sekam dengan membolak-balik. Dalam periode ini juga perlu ditambahkan kapur, untuk mencegah gangguan Koksidiosis muncul.
Manajemen kesehatan juga harus bisa menyikapi problem-problem pakan. Demikian Dr Drh Soeripto MSV dari Bbalitvet Bogor, seraya memberi contoh selengkapnya pada artikel Pakan dan Penyakit Ayam. “Pakan sangat perlu diperhatikan. Meskipun tidak secara sekaligus dapat langsung membunuh ayam, manajemen pakan harus dikontrol,” katanya. (Infovet)
MEMILAH PENYAKIT PENCERNAAN PADA AYAM
Tentang penyakit pencernaan unggas, Drh Iwan Utama dari FKH Universitas Udayana Bali dalam suatu forum dokter hewan mengungkapkan, para akademisi dapat menjawab (memilah, red) seperti apa yang selama ini dihipotesiskan. Mengapa?
“Tak usah jauh-jauh,” kata Drh Iwan, “Kita lihat saja sistem peternakan yang telah ada dan jangan lupa juga mengenai sistem transportasi unggas ke tempat penjualan/ pemotongan. pernahkah ada yang mencoba mengamati, minimal mengandaikan jika diri kita diangkut seperti itu. bagaimana perasaan kita?”
“Apakah terpikirkan mengenai the 5 prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare)? Jangan menyalahkan dipeternakan saja, tetapi cara transportasi juga perlu diperhitungkan dampaknya terhadap stres dan peluang kemunculan penyakit,” jelas Drh Iwan..
Masalah gangguan pencernaan pada unggas ini, Dr Drh Soeripto MSV dari Bbalitvet Bogor mendapatkan pengalaman di lapangan ada beberapa macam sebab. Ada yang karena stres, perubahan cuaca panas ke dingin, sehingga ayam berubah kondisinya menjadi tidak baik dan pertahanan tubuhnya turun sehingga memunculkan penyakit.
Dalam hal ini, menurut Dr Soeripto, pemanasan pada ayam kecil saat minggu pertama pertumbuhan sangat memberi pengaruh terhadap kemampuan ayam untuk makan. Pergantian pakan yang tidak tepat dapat mengganggu saluran pencernaan yang akhirnya mengganggu pencernaan ayam itu.
Bila pemberian pakan bernutrisi seperti protein yang mengandung asam amino tidak sesuai harapan, dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat.
Begitupun bila uremic-nitrogen diberikan dalam konsentrasi berlebihan dapat menyebabkan deposit asam urat.
Sementara bila ayam tidak mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah yang menyebabkan defisiensi vitamin dapat bergejala klinis gangguan di mulut, usofagus dan tembolok crop, ketidakseimbangan konsentrasi urin di ginjal dengan penimbunan urecmic acid tadi, dan mungkin banyak lagi gangguan.
“Semua ini berhubungan dengan pencernaan,” tegas Dr Soeripto.
Pemeriksaan kesehatan terhadap ayam yang terserang penyakit defisiensi vitamin A dapat dibandingkan dengan ayam yang terserang Aspergillosis akibat gangguan jamur Aspergillus pada mulut. Ciri-ciri kedua penyakit ini mirip, pada mulit terdapat bentukan putih-putih. Orang bisa keliru pendapat tentang penyakitnya, sehingga perlu kepastian dengan pemeriksaan dengan usapan, dengan pemeriksaan media laboratorium.
Parasit internal yang menyebabkan masalah pencernaan adalah koksidia. Koksidia menyebabkan koksidiosis yang menyerang pada usus halus dan kadang menimbulkan perdarahan sehingga ayam mengalami berak darah.
Dalam kondisi ayam berak darah ini kalau kekebalan tubuhnya bagus, ayam tetap dapat mengalami pertumbuhan yang terlambat.
Pada pemeriksaan Koksidiosis dalam sekum pun sebenarnya dapat ditemukan atau kelihatan cacing askaris dengan akumulasi yang banyak. Tentu saja sangat menyebabkan gangguan pencernaan.
Perlu diingat bilamana pengobatan koksi tidak baik dapat menggertak timbulnya perdarahan pada radang usus yang dikenal sebagai hemoragik enteritis. Pada banyak kasus, serangan clostridium bersifat ganas bila ketahahan tubuh turun.
Penyakit infeksius seperti ND secara internal menyebabkan banyak perdarahan, dan ayam langsung mati.
Beberapa penyakit menyebabkan gangguan bersifat ekonomi, sedang penyakit seperti ND, Gumboro dan AI rata-rata bersifat fatal, menyebabkan perdarahan dan gangguan saluran pencernaan
Tentang Kolibasilosis, banyak orang beranggapan penyebabnya terkait dengan air saja, sedangkan pakan dan feses tidak berpengaruh. Padahal sesungguhnya kotoran ini merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri Koli penyebab kolibasilosis yang sesungguhnya sifatnya ada yang patogen dan tidak patogen. “Kalau dalam jumlah banyak dapat mengganggu keseimbangan mikro,” tutur Dr Soeripto.
Yang paling kasat mata adalah infeksi ND, Gumboro dan AI. Semua dapat merupakan kesalahan pengelola, yang dapat menyebabkan nilai ekonomisnya turun, akibat pertumbuhan terganggu dan konversi pakan tidak sampai.
Adapun pada musim penghujan yang mengakibatkan tanah, sekam/ litter ayam becek dengan kelembaban yang tinggi, sangat dibutuhkan manajemen sekam dengan membolak-balik. Dalam periode ini juga perlu ditambahkan kapur, untuk mencegah gangguan Koksidiosis muncul.
Manajemen kesehatan juga harus bisa menyikapi problem-problem pakan. Demikian Dr Drh Soeripto MSV dari Bbalitvet Bogor, seraya memberi contoh selengkapnya pada artikel Pakan dan Penyakit Ayam. “Pakan sangat perlu diperhatikan. Meskipun tidak secara sekaligus dapat langsung membunuh ayam, manajemen pakan harus dikontrol,” katanya. (Infovet)