Penyakit Pernafasan Ternak Ada Apa?
AI masih merajalela? Menyilih bentuk menjadi berbagai model? Ada apa sebenarnya? Bagaimana dengan penyakit pernafasan? Bukankah AI juga penyakit pernafasan?
AI masih merajalela? Menyilih bentuk menjadi berbagai model? Ada apa sebenarnya? Bagaimana dengan penyakit pernafasan? Bukankah AI juga penyakit pernafasan?
Peternak punya beberapa sikap yang tampak dari investigasi di lapangan. Ada yang tenang-tenang saja karena tahu perbedaan jelas antara AI dengan penyakit-penyakit pernafasan yang lain. Ada yang khawatir itu benar-benarAI!
Yance Peternak ayam petelur di Krian Sidoarjo berpendapat sebetulnya mungkin sudah sedari dulu penyakit AI itu ada, namun karena terbatasnya pengetahuan, maka baru ketahuan keberadaannya.
Ia pun mengaku peternakannya tidak pernah dijamah AI ini. Keyakinannya bahwa itu bukan AI sangat mudah dipahami, ternyata peternak ini mempunyai pengalaman panjang semenjak ia beternak sejak 1970-an yang merupakan bisnis melanjutkan yang telah dikerjakan orang tuanya yang semula adalah slep padi pada tahun 1963.
Sejalan dengan pengetahuannya akan berbagai penyakit ternak yang tentu sebagian besar didapat dari para petugas teknis kesehatan hewan yang melayani peternakannya, ia tetap waspada terhadap penyakit AI dengan melakukan vaksinasi secara teratur. Hal ini merupakan kewaspadaan yang sama terhadap penyakit-penyakit lain.
Untuk menyatakan bahwa penyakitnya merupakan penyakit pernafasan, bila penyebabnya karena virus, Yance mengatakan tidak ada tanda yang khas seperti ngiler atau ngorok.
Namun bila penyebabnya bakteri, ia mengatakan ada tanda hidung meler, juga bisa ada darah.
Pada saat pergantian musim seperti sekarang, ketrampilan mengamati kelainan penyakit pada ayam sangat penting. Umumnya ayam menderita ngorok. Kebanyakan penyakit tanda pertama kali memang mengorok ini.
Selanjutnya, manifestasi dari gangguan pada tubuh ayam dengan gejala ngorok itu, bila gangguannya pada pernafasan, muncul penyakit karena bakteri seperti CRD, pada pencernaan muncul Kolera juga karena bakteri.
Karena air yang tidak sesuai kaidah kesehatan, bisa memunculkan penyakit bakteri Kolibasilosis yang selanjutnya bisa mengarah kalau pencernaan terjadi Kolera, kalau manifestasinya pernafasan timbul CRD tadi.
Deret Ukur dan Deret Hitung
Mengamati tipe kematian ayam juga sangat penting. Menurut Yance, bila kematiannya merupakan deret ukur, dengan kematian cepat dan sangat banyak, itu pertanda penyebab penyakitnya adalah virus.
Sedangkan bila penyebabnya bakteri, tipe kematian merupakan deret hitung, tidak sebanyak dan secepat kematian karena virus!
Sesudah itu, untuk memastikan penyakit yang menyerang, perlu dilakukan bedah bangkai.
Misalnya setelah tahu kematian karena virus ND ganas yang sangat cepat sekali kematiannya, yang hampir sama dengan kematian karena AI, keduanya dapat dibedakan dengan mengamati kelainan pada ayam.Berdasar pengalaman Yance, kelainan tubuh ayam karena AI sangat spesifik, yaitu kulit bercak-bercak kebiruan, kaki ada perdarahan seperti orang kerikan karena masuk angin. Badannya gosong kebiru-biruan, sedangkan tulang kering seperti tergores.
Yance mengungkap perbandingan, "Pada beberapa penyakit ada perdarahan dada."
Dengan pengalamannya, begitu tubuh ayam dibuka, Yance mengaku peternak bisa langsung melihat keainan penyakitnya. Bila dengan bedah bangkai ini masih membingungkan, baru diperiksa di laboratorium.
Dari Gumboro ke AI
Sementara itu H Asikin SH MH dari PT Paeco Agung Surabaya mempunyai pengalaman di daerah Jawa Timur, ia menjumpai peternakan-peternakan di Blitar dan Tulungagung, yang semula ayamnya terserang Gumboro dan Coriza, selanjutnya terjadi komplikasi dan mengakibatkan kematian bertambah.
Semula peternak beranggapan itu adalah penyakit Gumboro dengan kematian 50 persen. "Sebetulnya bukan Gumboro saja, tapi juga disertai dengan masuknya Coriza, dan selanjutnya juga muncul gejala-gejala AI," katanya.
Yang diserang adalah ayam petelur umur 28-35 hari. Saat itu peternak bingung, program yang baik di satu peternakan dilanjutkan dengan program-program yang terus berkembang ternyata tidak dapat menghambat kasus yang sering muncul.
Pada saat itulah ditanyakan vaksinasi Gumboro tiga kali atau lebih? Menggunakan vaksin strain hot/ ganas? Menurut Asikin, selama ini ada pakar yang menyatakan strain hot cukup beresiko diberikan, tapi distributor vaksin menegaskan selama cara vaksinasi benar, menggunakan vaksin hot tidaklah menjadi masalah dan tidak bermasalah.
Diceritakan, umumnya yang terserang Gumboro masih menggunakan dua kali vaksinasi. "Kasus-kasus baru yang ditemui di beberapa tempat seperti itu," tegas Asikin. Dengan demikian terdapat gambaran antara berbagai penyakit yang ada dan penyakit pernafasan yang menjadi sorotan kali ini. (Yonathan Rahardjo)